A
|
khmad
Sabitun, atau lebih akrab dikenal dengan nama Sabitun. Ayah nya bernama
Basrudin dan Ibunya Aliyatun bernama beliau Lahir di Pengarengan Rt 001 Rw 013
Polowono Jangkrikan pada tanggal 21 Juni tahun 1979, mempunyai Istri 1 dan Anak
3 yaitu. Pernah mengenyam pendidikan di SD N 1 Jangkrikan tahun 2003, kemudian
melanjutkan SMP di SMP PGRI 3 KEPIL tahun SPMA atau setara SMK di SPP Bina Tani
Kutoarjo, pernah menjadi wakil siswa SPP dalam acara temu siswa tingkat
Nasional di Kupang, NTT pada tahun 1998 .menyelesaikan pendidikan S1 Prodi
Pendidikan Psikologi Pendidikan di IKIP PGRI Wates, Kulonprogo, Yogyakarta
tahun 2015.
Sekarang Beliau Bekerja di SMP PGRI 3 KEPIL sebagai
guru Mata pelajaran PKn dan Bimbingan Korseling. Dan sudah menjadi orang yang
tidak asing lagi ditelinga kita.
Setelah Beliau lulus SD beliau berkeinginan untuk
melanjutkan Sekolahnya, namun Orang tua belum memberikan izin karena sulitnya
biaya ekonomi dan sekolah SMP pada waktu itu (tahun 1993), belum banyak anak
yang mau bersekolah SMP, apalagi untuk kelas keluarga seperti Bp Sabitun ini,
karena itulah orang tua beliau tidak mengizinkannya, Pada waktu itu beliau
menerimanya, namun tepap berusaha bagaimana caranya agar tetap sekolah,
sebenarnya dalam hati yang paling dalam orang tua beliau ada keinginan untuk
menyekolahkan anaknya, tapi orang tuanya khawatir jika nantinya kalau sudah
sekolah SMP, beliau tidak mau lagi mengurusi tenak kambingnya (ngarit),
2
bulan sudah beliau meminta sekolah dan masih memelihara kambing, selama kurun
waktu itu beliau setiap hari tidak henti-hentinya meminta untuk bersekolah
lebih tepatnya setiap telah seelesai mencarikan rumput kambingnya, 2 bulan
berjalan, ayah beliau dengan melihat keteguhan niat dan kesungguhan beliau
akhirnya hati ayah beliaupun luluh dan mengizinkan untuk bersekolah di SMP,
dengan janji beliau harus tetap mau mencarikan rumput, dan memelihara kambing
meskipun sudah bersekolah.
Beliau
menemui Bapak Maryadi kepala sekolah SMP PGRI pada masa itu, beliau bertanya
apakah masih bisa masuk SMP soalnya waktu itu sudah masuk atau telah melewati
agenda PPDB. Pada akhirnya Pak Maryadi denggan kebijaksanaanya membolehkan
beliau untuk bersekolah di SMP PGRI 3 KEPIL, beliau masuk di kelas 7 dengan
jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dibandingkan dengan sekarang yang sudah
mencapai 60-an anak.
Dari
pernyataan beliau pada suatu hari sebelum berangkat sekolah, hujan sudah turun,
hingga beliau pulang sekolah seperti biasa (saat itu sekolah pulang pukul 2
siang) hujan masih belum berhenti, sepulang
sekolah langsung berangkat mencarikan rumput kambing-kambingnya, samapai-sampai
belum sempat makan siang, beliau langsung pergi mencari rumput.
Setelah
berhasil memelihara kambing ayahnya pergi ke Jakarta, dan beliau di tinggali
Anak sapi milik tetangganya untuk dipelihara (Jawa: digaduh). Hasilnya pada
kelas tiga akhirnya sapi tersebut sudah memiliki anak, dan anak sapi itupun dijual seharga Rp. 500.000,- dan uang
nya yang Rp. 450.000,- digunakan untuk memasang instalasi Listrik, padahal jika
dihitung uang sebesar itu sangat banyak dan pada masa itu disekeliling rumah beliau
masih banyak rumah warga yang belum memasang listrik. Sisa hasil menjual sapi
masih 50 ribu digunakan untuk belanja lampu dan jam tangan. (tahun 1994/1995).
Kehidupan
masa SMK tidak jauh berbeda dengan SMP, pada waktu itu pendidikan di SPMA atau
sekarang lebih akrab disebut SMK, maih belum setenar sekarang ini, karena jarak
dan biaya, di Jangkrikan saja pada angkatan Beliau hanya ada 4 orang melanjutkan
sekolah yaitu: beliau, Yusrianan Azizah anak pertama dari Pak Tabi’in, Suprapto
anak dari Bp. Giri Martana (Pensiunan TNI) dan Gatot Awaludin anak pertama Pak
Aksin (sekarang Pedagang Buah di Paasar Sentral Yogyakarta). Dari Ketiga orang
itu tidaklah begitu istimewa karena dilihat dari kekayaan dan pengalaman orang
tua mereka memang selayaknya bila anak-anaknya disekolah kejenjang SMA. namun
disisi beliau itu tidak biasa, dan jarang ada anak yang melanjutkan sekolah
sampai tingkat tersebut yang berasal dari keluarga yang biasa saja.
Pada waktu Beliau bersekolah di SPP
Bina Tani Kutoarjo, setiap dua bulan sekali beliau pulang menengok keluarganya
di Sutaragen Jangkrikan sambil ambilbekal untuk dua bulan kedepan, itupun hanya
mendapat uang saku dari ayahnya sebesar Rp.10.000 digunakan untuk biaya
transport dari rumah ke Kutoarjo sebesar Rp. 7.000, sisanya Rp. 3.000 digunakan
belanja kebutuhan sehari-hari selama 1 bulan atau 30 hari. Untuk mencukupi
kebutuhan hidup, beliau menjadi penjaga malam di SPP Bina Tani Kutoarjo, selain
itu membantu pekerjaan lain seperti menyapu membersihkan rumput dan lain
sebagainya. Kadang kala membantu pekerjaan teman sekelas yang sedang
membutuhkan jasa tenaga beliau misalkan ikut menyiram tanaman jeruk di daerah Bayan Purworejo.
GAYA KEPEMIMPINAN,” bisa Lemah lembut, bisa Diktator”
Beliau menekankan pentingnya memberi teladan kepada anak
dari pada terus-terusan mencaci anak dan memarahinya, beliau berkeyakinan bahwa
anak akan lebih memahami jika Gurunya itu memberikan contoh yang baik dari pada
terus dinasehati bahkan mungkin dimarahi secara terus menerus tanpa ada
pemberian contoh atau teladan dari gurunya.
KATA-KATA
MUTIARA DARI BP. AKHMAD SABITUN:
1. “1 kali bentuk teladan
lebih baik dari 1.000 kata-kata”
2. “1 kali Bertindak dan
Berbuat, lebih baik dari pada ribuan rencana dan angan-angan”
3. “Biarkan segalanya
mengalir seperti air”
4. Beliau memberikan
perumpaman air , karena salah satu kehebatan air adalah, air asin tidak akan
mau bercampur dengan air tawar meskipun kita mencoba untuk menyatukannya.
5.
|